Muqaddimah

Alhamdulillah Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hambaNya berbagai kenikmatan yang mustahil dapat dihitung jumlahnya. Shalawat dan Salam Atas Nabi Muhammad SAW, semoga kita diakui menjadi ummatnya dan mendapat syafa'at di hari kiamat insyaAllah. Inilah sisi lain dari Jihad, jihad yang digambarkan Al Quran dengan dua cara "Bil-Amwal" dan "Bil-Anfus". Mendedikasikan Waktu, tenaga, pikiran dan perasaan untuk menjalankan Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah adalah bagian penting dari proses "Jihad" itu sendiri. Semoga Allah Meridho'i Niat dan Amal Perbuatan kita, tetap Istiqomah, Amanah seraya tidak melupakan Muhasabah di setiap detik dan kesempatan.
(Untuk Pendamping hidupku :Farida Shafwatun Nisa, dan Keempat Permata hatiku :Faiq Afiful Azam, Wafa Zirwatul Husna, Wifa Zaniratul Haura, dan Wila Zhafiratul Hania)

Minggu, 01 April 2012

MEMBERI TIDAK AKAN RUGI BERDERMA AKAN JADI KAYA





Memberi Tidak Akan Rugi, Berderma Akan Jadi Kaya.....

Mari kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala ni’mat yang Allah berikan kepada kita, karena bersyukur adalah satu-satunya cara menghindari kufur, dan syukur yang kita lakukan adalah untuk diri kita
dan sesungguhnya Allah tidak mendapatkan keuntungan sedikitpun dari syukur yang kita lakukan, Allah SWT berfirman :

Dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Q.S.An-Naml : 40)

Selawat dan salam senantiasa kita ucapkan sebagai tanda kedekatan dan kasih kita kepada Rasulullah SAW, dalam hadits Ibnu mas’ud Rasulullah SAW bersabda “ sesungguhnya orang yang paling utama disisiku pada hari kiamat nanti adalah yang paling banyak berselawat atasku” (H.R.Tirmidzi dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban)

Dalam sebuah riwayat dikisahkan tentang seorang sahabat sesaat menjelang sakaratul mautnya ia mengucapkan 3 kata terputus-putus dan disimak secara samar oleh istrinya, perkataan tersebut adalah : "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya...." .

Mendengar hal tersebut Rosulullah tersenyum.dan mengisahkan perihal yang terjadi pada sahabat tersebut,  pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka ia yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi".Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.

Adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan ia membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, dan diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya ia melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".

Nabi melanjutkan kisahnya : ucapan yang ketiga adalah :  pada suatu ketika ia datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta kepada istrinya untuk disediakan makanan? Sang istri menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Ia lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, disaat menjelang sakaratul maut ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya, musyfir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

Kisah diatas menggambarkan, betapa sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan niscaya Allah SWT akan membalasnya dengan 10 x lipat pahala kebaikan yang tidak pernah kita ketahui nilainya, Allah SWT berfirman :

Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S.Al-An’am 160)

Memberi kadangkala menjadi hal yang sulit bagi sebahagian kita, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa melakukannya, sering kali kita mengira memberi akan mengurangi harta kita, atau kita berfikir memberi hanya perbuatan sia-sia yang tidak menghasilkan keuntungan apa-apa, na’udzu billah.

Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Harta tidak akan berkurang dengan disedekahkan” (HR.Muslim)

Rasulullah juga bersabda :
“ Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”,
Ini berarti memberi lebih baik dari menerima, dan memulai berbuat baik kepada orang lain lebih baik dari pada menunggu datangnya kebaikan dari orang lain.
Selama ini mungkin kita seringkali berfikir bahwa memberi sangatlah erat kaitannya dengan harta benda, uang dan segala sesuatu yang berarti benda atau barang, seolah-olah dalam pikiran kita memberi haruslah dalam wujud materi yang memiliki bentuk dan wujud.

Namun pemberian yang sebenarnya tidaklah melulu berbentuk materi, bukankah rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk berwajah cerah (Thalqun) dan tidak menunjukkan muka masam (‘Abuus) setiap bertemu dengan sesama?, dalam hadits yang disanadkan dari Abu Dzar al-Ghifari Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah engkau pandang rendah apa saja dari suatu kebaikan, walaupun engkau bertemu sudaramu (hanya) dengan muka yang manis”.

Memberi adalah kebaikan dan setiap kebaikan itu adalah sedekah, sedekah yang baik harus diiringi dengan niat yang baik, ucapan yang baik, termasuk juga sikap yang baik, karena niat dan tujuan yang baik saja belumlah cukup untuk menghasilkan sesuatu yang baik, namun cara dan langkah (proses) menuju kebaikan itu sangatlah berperan penting dalam menghasilkan suatu kebaikan, misalnya adalah sholat, sholat adalah ibadah yang baik namun ketika kita sholat dengan menggunakan pakaian, atau alat sholat lainnya yang bukan milik kita dalam arti kita mengambilnya tanpa izin, maka sholat tidak akan menghasilkan kebaikan bahkan menghasilkan dosa. Begitu pula halnya dengan memberi, memberi adalah suatu kebaikan dan tidak diragukan lagi hal itu merupakan wujud kemuliaan sang pemberi, namun ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan cara dan sikap yang kurang baik sehingga orang yang kita beri menjadi sakit hati atau merasa malu, tentu saja pemberian kita tersebut tidak membuahkan pahala namun membuahkan dosa, hal ini telah Allah firmankan dalam ayatNya yang berbunyi

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (Q.S.Al-Baqarah : 263)

Mari janganlah ragu untuk memberi, ketika kita mampu menyisihkan sebahagian harta kita untuk kepentingan bersama atau untuk menolong orang lain, maka mungkin itulah yang terbaik yang harus kita lakukan, insyaAllah hingga saat ini belum ada satupun data statistik yang menyebutkan seseorang jatuh miskin hanya dikarenakan ia adalah orang yang dermawan (suka memberi), namun demikian jikapun kita tidak memiliki sesuatu dalam bentuk meteri untuk diberikan kepada orang lain, maka marilah kita berbuat baik, dengan cara menolong  disaat orang lain membutuhkan pertolongan kita, atau dengan cara bersikap, bertutur kata yang baik atau bermuka cerah. Kesemuanya itu adalah kebaikan dan sedekah yang bisa kita berikan kepada orang lain,

Rasulullah bersabda dalam Hadits Jabir :
“Tiap-tiap kebaikan adalah sedekah”. (H.R. Bukhori)

Benar dan kita sepakat kalau meminta-minta adalah pekerjaan hina, namun kita juga tau kalau menghina peminta-minta adalah dosa. Alangkah baiknya jika kita mampu untuk memberi, namun tak kalah baiknya kita bersikap arif dan tidak kasar disaat kita tidak memiliki sesuatu untuk diberi atau tidak ingin memberi.
Memberi tidak mesti menunggu kaya, berilah semampu kita dengan diiringi niat yang ikhlas, berapa banyak orang yang ingin berderma disaat kaya ternyata menjadi ingkar dan lupa akan niatnya, tsa’labah enggan mengeluarkan zakat disaat hartanya telah mencapai nisab, qarun dengan angkuhnya mengatakan :

Qarun berkata: "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku".

Ucapan Qarun ini Allah Firmankan dalam al-Quran Surah Al-Qashash ayat 78.

Intinya adalah mari kita menanamkan dalam diri kita sifat untuk memberi daripada diberi, menderma daripada menerima, memulai berbuat kebaikan daripada menanti kebaikan orang lain.  Yakinlah berinfaq, sedekah, memberi hadiah adalah langkah utama menjadi kaya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

” Allah berfirman, Hai anak Adam, berikanlah nafkah niscaya aku akan menafkahimu” (HR.Bukhori dan Muslim).

Semoga Allah melimpahkan Ni’mat dan karuniaNya kepada kita senantiasa, dan memberikan pertolongan kepada kita disaat kita membutuhkannya, amin ya Rabbal ‘Alamin.

“ Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang mulia” (Q.S.Al-Hadid : 11)

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, (Q.S.Allumazah : 1-3)

1 komentar:

  1. Memberi akan mulia di mata Allah dan Mulia di mata Makhluk....
    Meminta minta akan hina di mata Allah dan Hina di mata Makhluk...
    jadi tunggu apalagi..?mengapa tidak segera memberi..?

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...