Muqaddimah

Alhamdulillah Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hambaNya berbagai kenikmatan yang mustahil dapat dihitung jumlahnya. Shalawat dan Salam Atas Nabi Muhammad SAW, semoga kita diakui menjadi ummatnya dan mendapat syafa'at di hari kiamat insyaAllah. Inilah sisi lain dari Jihad, jihad yang digambarkan Al Quran dengan dua cara "Bil-Amwal" dan "Bil-Anfus". Mendedikasikan Waktu, tenaga, pikiran dan perasaan untuk menjalankan Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah adalah bagian penting dari proses "Jihad" itu sendiri. Semoga Allah Meridho'i Niat dan Amal Perbuatan kita, tetap Istiqomah, Amanah seraya tidak melupakan Muhasabah di setiap detik dan kesempatan.
(Untuk Pendamping hidupku :Farida Shafwatun Nisa, dan Keempat Permata hatiku :Faiq Afiful Azam, Wafa Zirwatul Husna, Wifa Zaniratul Haura, dan Wila Zhafiratul Hania)

Minggu, 01 April 2012

PERSPEKTIF SUKSES



Perspektif Sukses........

Dizaman Nabi Musa Hiduplah seorang Ibu bersama anak bayinya, dan pada suatu ketika disaat seorang pembesar Istana berkunjung kedesanya sang Ibu bersama ratusan masyarakat lainnya berduyun-duyun menuju jalan untuk menyambut dan melihat sang pembesar,
Sesaat sebelum Pembesar Melewati tempat berdiri Ibu tersebut,, lewatlah dihadapannya seorang tua yang berpakaian lusuh namun pada hakekatnya orang tua  ini adalah orang sholeh dan dermawan, spontan sang ibu berdo’a
Ya Allah jangan jadikan hidup anakku seperti orang ini, tiba-tiba sang ibu mendengar anaknya yang sejak tadi didalam gendongannya tertawa dan melihatnya tersenyum, belum lagi hilang rasa aneh dalam dirinya rombongan Pembesar Istana pun lewat dihadapan sang Ibu, kemegahan, kemewahan dan kegagahan sang pembesar membuat si Ibu dan orang-orang yang hadir terkagum-kagum, si Ibu pun lantas berdo’a Ya Allah Jadikanlah anakku seperti orang ini, Spontan bayi yang berada digendongannya menangis, berteriak sambil berkata : “Aku tidak mau menjadi seperti orang ini, orang ini jahat dan tidak pernah memikirkan rakyat”. (Kisah ini dapat dilihat dalam kumpulan kisah-kisah Al-Quran & Kisah Teladan Karangan Bey Arifin tentang bayi-bayi yang berbicara).

Sukses atau kesuksesan adalah kata lain dari Keberhasilan dan erat juga kaitannya dengan keberuntungan,  yang berarti kemampuan dalam meraih sesuatu yang diinginkan baik yang dianggap negatif ataupun positif, kesuksesan atau keberhasilan biasanya diukur dengan Kekayaan atau banyaknya harta yang dimiliki seseorang, sehingga sering kita menyebut orang-orang kaya sebagai orang-orang yang sukses, Sukses atau keberhasilan juga identik dengan Jabatan, Status Sosial, Pekerjaan yang mapan, Kepintaran,  dan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga Orang yang memiliki Jabatan yang tinggi, memiliki Status Sosial dikalangan masyarakatnya, memiliki gelar pendidikan yang berderet, atau senantiasa mendapatkan juara disetiap ujian dan perlombaan, pastilah kita akan langsung mengatakan mereka adalah orang yang sukses atau orang yang  berhasil.

Pemahaman sukses seperti inilah yang menyebabkan si Ibu dalam cerita diatas mendo’akan anaknya untuk menjadi seperti pembesar Istana dan tidak seperti Orang tua yang berpakaian lusuh.
Hal-hal tersebut diatas adalah bahagian dari kesuksesan, namun bukan merupakan hal mutlak untuk menentukan kesuksesan seseorang, Rasulullah SAW bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”

Manusia yang Sukses dan Berhasil adalah Manusia yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain, semakin banyak manfaat yang mampu diberikannya kepada Orang lain, maka semakin sukses pulalah orang tersebut, bukankah Sahabat Rasul Abdurrahman bin ‘Auf adalah seorang konglomerat? Namun beliau belum merasa sukses hingga beliau menyumbangkan 700 ekor unta berikut isinya untuk perjuangan Islam.
Lihatlah Istri tercinta Rasulullah, Ummul Mu’minin Siti Khadijah Al-Kubra, beliau juga seorang saudagar kaya namun beliau belum merasa sukses hingga menyerahkan diri dan hartanya untuk perjuangan Islam.

Sahabat lainnya pun demikian, Salman Al-Farisi, sumbangsih Idenya dalam perang Khondak mengantarkan kesuksesan pasukan Islam dalam berperang, Kepiawaian Khalid bin Walid dalam setiap peperangan senantiasa mengantarkan kesuksesan pasukan Islam disetiap peperangan, Kejujuran Abu Bakar,  Kedermawanan Utsman bin Affan, Kerendahan hati Umar bin Khattab, Kecerdasan Ali bin Abi Thalib, Kefasihan Ibnu Mas’ud, Keuletan Bilal, dan sederet Sahabat Rasulullah yang merupakan gambaran orang-orang sukses yang mengantarkan kegemilangan Islam pada awal-awal peradaban Islam. Dan kesemuanya memiliki kriteria sukses masing-masing. Dan tidak diragukan lagi apa-apa yang mereka lakukan adalah konstribusi besar bagi kelanjutan ummat ini.

Dalam konteks ini, Allah SWT berfirman :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S.Ali-Imran 110)

Allah telah memberi sebutan bagi kita sebagai ummat terbaik, sejak awal munculnya Islam hingga akhir zaman, dan kebaikan yang disebutkan Allah adalah kebaikan dalam konteks suksesi dan keberhasilan ummat ini, dan semuanya itu hanya dapat dicapai bila kita melakukan parintah Allah berikut : yang pertama dengan ber  “amar ma’ruf”, yaitu menyebarkan kebaikan dan menganjurkan kepada setiap anggota keluarga dan masyarakat untuk berbuat kebaikan yang telah kita mulai, dan yang kedua adalah “Nahyu ‘anil Munkar”, yaitu mencegah keberadaan dan penyebaran perbuatan buruk di lingkungan kita.

Ironis Jika kenyataan saat ini menunjukkan kenaikan penghasilan perkapita Masyarakat Indonesia namun kenyataannya adalah masih banyaknya pengangguran dimana-mana, atau Penurunan angka kemiskinan menjadi hanya 5 juta jiwa, namun pada kenyataannya lebih dari 20 juta jiwa di Indonesia terancam kelaparan, Ironis Indonesia sebagai negara penghasil CPO terbesar dunia dengan produksi 16 ribu juta ton pertahun selisih seribu juta ton dengan Malaysia, namun harga minyak goreng  di Indonesia sangatlah mahal, sangatlah mengherankan, Indonesia adalah negara agraris potensial dengan hamparan sawah lebih dari 20.000 km persegi, akan tetapi negeri ini masih harus mengimpor beras dari Negara kecil seperti Thailand dan Vietnam, Indonesia Juga tercatat sebagai  penghasil minyak bumi, namun minyak tanah begitu mahal di negeri ini. Dan yang lebih miris lagi Negara ini terkesan kaya dengan Segelintir Pengusaha Kaya yang hidup mewah namun bertebar masyarakat miskin dan kelaparan, Negara ini juga memiliki para intelek, cerdik pandai,  dan cendikiawan yang tidak sedikit jumlahnya dan memiliki sederet gelar pendidikan yang diraih selama bertahun-tahun, namun ide yang dihasilkan lebih hanya untuk kepentingan segelintir orang, apakah ini prototipe orang sukses?, benar jika kita katakan orang-orang seperti ini sukses, namun kesuksesan yang  diraih tak lebih kesuksesan pribadi dan tidak menghasilkan manfaat apapun bagi masyarakat dan ummat.

Lihatlah Qorun yang begitu kaya dan berlimpahkan harta, namun hartanya hanya untuknya dan tidak bermanfaat sedikitpun bagi sekelilingnya hingga Allah menenggelamkannya berikut hartanya kedalam perut Bumi, lihatlah Fir’aun yang Jabatannya begitu tinggi, sehingga ia merasa tak ada yang lebih tinggi darinya, sampai-sampai ia merasa bahwa dirinya adalah Tuhan, Hingga Allah menengelamkannya di Laut Merah karena penyalah Gunaannya terhadap Jabatan dan Kekuasaan, Lihatlah Haman, arsitek handal Fir’aun ini begitu pintar dan cerdas, namun kepintarannya hanya untuk penguasa seperti fir’aun dengan mengorbankan nyawa ribuat rakyat mesir untuk membangun kuburan berupa piramid. Dan sederet kisah-kisah yang dapat kita jadikan cermin diri dan perbandingan dari arti  sebuah kesuksesan.

Kesuksesan tidaklah semata-mata diukur oleh Tingginya Jabatan dan Kekuasan, Bukan Pula karena banyaknya harta dan kekayaan, dan tidak juga diukur dari panjangnya deretan titel dan gelar pendidikan, kecerdasan dan kepintaran, namun kesuksesan adalah seberapa banyak kita mampu memberikan manfaat kepada keluarga kita, lingkungan kita, masyarakat kita, Negara kita hingga agama kita ini. Ingatlah sekecil apapun yang kita lakukan dan kita berikan dalam bentuk kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain adalah Shadaqoh Jariyah yang pahalanya tidak hanya kita dapatkan didunia saja namun kita juga akan memperolehnya disaat kita tidak lagi berada didunia ini.

Mari kita menjadi orang-orang sukses dengan proporsi kita masing-masing, Seorang Guru misalnya dapat dikatakan sukses bila mampu menjadikan murid-muridnya lebih baik dari dirinya, seorang Murid dapat dikatakan sukses bila murid tersebut mampu mengamalkan Ilmu yang diberikan gurunya kepada Masyarakat , Seorang pedagang akan disebut sukses apabila mampu menjual barang dagangan dengan kualitas baik dengan harga terjangkau sehingga membantu masyarakat banyak, Seorang pegawai dikatakan sukses bila bekerja sesuai dengan tugas dan batas waktunya, seorang cendikiawan dapat disebut  sukses bila mampu melahirkan ide-ide yang bermanfaat bagi orang lain dan seterusnya.

Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang mampu memberikan manfaat  sebanyak-banyaknya sesuai dengan porsi dan kemampuan yang kita miliki, sehingga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang sukses. Amin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, Maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa dirinya sendiri, Kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Q.S.Al-Jatsiyah : 15)

1 komentar:

  1. Sukses itu adalah : seberapa bermanfaat kita, ilmu kita, harta kita, ucapan kita, tindakan kita, & keberadaan kita bagi orang lain...

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...